Jumat, 18 Mei 2012

TREN DISAIN MOTIF DAN WARNA 2012



MOTIF


Motif pakaian wanita yang sedang ‘in’ dan tak akan lekang oleh zaman adalah motif natural, terutama motif bunga-bunga (floral). Motif floral ukuran besar banyak dipakai untuk rok atau gaun (dress), namun ada pula tidak sedikit pula blouse yang menggunakan motif ini, hanya saja dengan motif yang lebih kecil. Motif natural ini tidak hanya digunakan untuk motif permukaan yang menggunakan metode printing saja, namun dipakai pada disain-disain brokat yang kini tidak hanya digunakan untuk kebaya tetapi banyak diaplikasikan pada blouse wanita.


                                                                      Motif natural
                                        
blouse dengan aksen brokat 

Perpaduan motif natural dan geometris juga banyak digunakan terutama pada disain batik kontemporer yang tidak terlalu terikat pada pakem batik yang ada. Namun penggunaan paduan motif ini digunakan tidak sebanyak motif natural.
Motif geometri juga masih menjadi tren fesyen yang cukup digemari oleh kaum muda. Motif geometri yang banyak dijumpai adalah motif garis-garis asimetris, polkadot (bulat-bulat), ataupun perpaduan garis dan bidang serta permainan warna yang terdapat pada unsur-unsur disain. 






Motif geometri
Motif geometri yang sedang booming adalah motif paisley. Motif Paisley memiliki bentuk menyerupai tetesan air mata dengan ujung berliuk dengan goresan motif lain di dalamnya. Jika dilihat sekilas, motif paisley hampir mirip dengan motif batik Indonesia. Nama paisley sebenarnya datang dari kota Skotlandia, namun sebenarnya motif ini berasal dari Pakistan dan India.


Motif-motif paisley
Beberapa merk pakaian yang menjual pakaian-pakaian unisex mendominasi pakaian yang dijualnya dengan kemeja bermotif kotak-kotak (geometris). Motif ini memang cocok dipakai oleh pria maupun wanita.

WARNA
Tahun ini tren warna pakaian cenderung kearah warna-warna yang ‘berani’ seperti memadukan warna-warna kontras (complementair), yaitu memadukan dua atau lebih dari warna yang bertentangan (berhadapan) dalam suatu lingkaran warna, serta memilki intensitas warna yang tinggi.
 Warna-warna yang sebelumnya jarang muncul, seperti shocking pink mulai populer.  Setelah tahun-tahun sebelumnya para konsumen masih memilih warna aman seperti cokelat dan warna-warna pastel, kini mereka mulai berani mengenakan warna-warna terang. Permainan warna seperti ini banyak digemari oleh gadis remaja dan menjadi tren busana muslim.
Ada pula permainan tabrak warna, yang sudah menjadi trend dan ciri khas rancangan beberapa merk busana wanita. Warna solid dan terang pada cardigan, rok, terusan wrap atau suit bisa membuat tampilan sederhana menjadi lebih glamor. Agaknya tren ini juga merupakan imbas dari Korean wave yang melanda remaja Indonesia. Namun kaum pria di Indonesia belum banyak yang berani mengenakan pakaian dengan warna-warna colour block seperti ini.













Para pencinta fashion bisa memadukan warna-warna yang ‘berani’ ini dengan warna lain yang lebih ‘kalem’ seperti hitam, krem, dan coklat. Pemilihan motif untuk busana muslim juga menjadi lebih beragam. Motif-motif geometris, abstrak, gradasi, tye dye, dan jumputan akan semakin marak.
Warna yang digunakan pada motif jumputan ataupun tye dye beragam macamnya, mulai dai gradasi warna-warna analog, warna-warna monokromatik, maupun warna-warna polikromatik.





Tangerine Tango (oranye terang) juga merupakan salah satu warna yang sedang populer. Banyak blouse dan gaun mini berwarna orange terang ini yang tidak dipadukan dengan warna lain.



artikel diatas berdasarkan pengamatan dari beberapa mall di Bandung

Sabtu, 18 Juni 2011

MOTIF DAN SEJARAH DIBALIK MUNCULNYA HADITS MAUDHU’

Hadits maudhu’ atau hadits palsu muncul dan merebak ketika Islam diguncang ketegangan setelah Khalifah Utsman bin Affan dibunuh pada 35 H. sosok Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi yang memeluk Islam disebut-sebut sebagai biang kerok dari ketegangan di kalangan pemimpin dan umat Islam pada saat itu.
Abdullah bin Saba dan komplotannya menebar fitnah di berbagai kota Islam. Mereka menggulingkan sejumlah gubernur yang ditempatkan khalifah.
Namun, mereka gagal menggulingkan Muawiyah dari kursi Gubernur Syam karena posisinya begitu kuat. Suhu politik di dunia Islam semakin memanas ketika Khalifah Utsman bin Affan dibunuh. Menurut sebuah versi, Abdullah bin Saba’ terlibat dalam penbunuhan Khalifah Utsman bin Affan.
Ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib berkuasa, Abdullah bin Saba’ dan antek-anteknya yang berpura-pura mendukung Ali bin Abi Thalib mendesak agar Umayyah dicopot dari jabatannya sebagai gubernur. Ketegangan semakin meningkat ketika Muawiyyah mendesak Khalifah Ali untuk segera menghukum pelaku pambunuhan Khalifah Utsman.
Diceritakan pula bahwa Abdullah bin Saba’ menyebarkan sebuah hadits yang menyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib-lah yang lebih layak menjadi khalifah disbanding Utsmanbin Affan, Abu Bakar Shiddiq, ataupun Umar bin Khattab.
Kelompok tersebut berpendapat bahwa Ali telah mendapat wasiat dari Nabi saw. Hadits palsu yang digaungkan oleh kelompok Abdullah bin Saba’ itu berbunyi, “Setiap Nabi itu ada penerima wasiatnya, dan penerima wasiatku adalah Ali.”
Pada masa itu, hadits palsu belum terlalu marak. Sebab masih banyak sahabat Rasulullah yang masih hidup. Mereka memahami secara pasti benar palsunya atau tidak sebuah hadits. Khalifah Utsman pun pernah mengusir Abdullah bin Saba’ dari Madinah karena telah membuat hadits palsu.
Hadits palsu merebak ketika di dunia Islam muncul kelompok-kelompok yang menuntut balas kematian Utsman, kelompok yang mendukung Ali, dan kelompok diluar keduanya. Setiap kelompok berlomba untuk eksis dan menunjukan kelebihannya dengan membuat hadits-hadits palsu.
Kondisi itu sempat membuat Khalifah Ali bin Abi Thalib prihatin. Imam Adz-dzahabi meriwayatkan dari Khuzaimah bin Nasr, “Aku mendengar Ali berkata di Siffin: ‘Semoga Allah melaknat mereka (yaitu golongan putih yang telah menghitamkan) karena telah merusak hadits-hadits Rasulullah’.”
Konflik politik di kalangan umat Islam yang semakin hebat telah membuka peluang bagi golongan tertentu yang mencoba mendekatkan diri dengan pemerintah dengan cara membuat hadits. Dalam buku Al-israiliyyat wal Maudhuat fi Kutubit Tafsir, diungkapkan bahwa pada zaman Khalifah Abbasiyyah, hadits-hadits palsu dibuat demi mengambil hati para khalifah.
Penyebaran hadits-hadits palsu pada zaman itu masih sedikit disbanding zaman-zaman berikutnya. Sebab pada masa itu masih banyak para tabi’in yang menjaga hadits-hadits Nabi saw. Berikut beberapa motif dibalik munculnya hadits-hadits palsu di dunia Islam:
1.    Motif politik dan kepemimpinan. Salah satu hadits palsu yang muncul dengan latar belakang politik antara lain, “Apabila melihat Muawiyyah diatas mimbarku, maka bunuhlah.”
2.    Motif untuk mengotori agama Islam (zindiq). Salah satu contoh haditsnya, antara lain, “Melihat muka yang cantik adalah ibadah.”
3.    Motif fanatisme. Contoh haditsnya, “Sesungguhnya  apabila Allah marah, maka menurunkan wahyu dalam bahasa Arab. Dan apabila tidak marah, menurunkannya dalam bahasa Parsi.”
4.    Motif faham-faham fiqih. Contoh haditsnya, “Barangsiapa mengangkat kedua tangannya di dalam shalat, maka tidak sah shalatnya.” Atau hadits yang berbunyi, “Jibril mengimamiku di depan Ka’bah, dan mengeraskan bacaan bismillah.”
5.    Motif senang kepada kebaikan tetapi bodoh tentang agama. Salah satu haditsnya, “Barangsiapa menafkahkan setali untuk maulud-ku, maka aku akan menjadi penolongnya di hari akhir.”
6.    Motif menjilat pemimpin. Salah satu contohnya, Ghiyas bin Ibrahim an-Nakha’I al-Kufi pernah masuk ke istana Al-Mahdi, seorang penguasa Abbasiyyah yang senang sekali kepada burung merpati. Salah seorang berkata kepadanya, “Coba terangkan kepada Amirul Mukminin tentang sesuatu hadits.” Maka Ghiyas berkata, “Tidak ada taruhan, melainkan pada anak panah, atau unta, atau kuda, atau burung.”

Menurut Prof Dr H Muhibbin, hadits palsu bisa muncul dalam kitab hadits shahih sekaliber Jami’ ash-shahih  karya Imam Bukhari. Berdasarkan hasil panalitian yang dilakukannya, terdapat hadits yang bertentangan dengan al-quran dan antarhadits dalam kitab tersebut.
Salah satu hadits palsu yang terdapat dalam kitab  itu antara lain tentang Isra’ mi’raj. Di dalam kitab itu disebutkan bahwa terjadinya Isra’ Mi’raj sebelum Muhammad menjadi nabi. Faktanya, Isra’ Mi’raj itu setelah Rasulullah diutus menjadi Nabi.
Ada pula hadits Nabi yang bertentangan dengan ayat Alquran. Contohnya, tentang seseorang yang meninggal duniaakan disiksa bila si mayit ditangisi oleh ahli warisnya (Kitab Jenazah, bab ke-32, hadits ke-648). Hadits itu bertentangan dengan ayat Alquran, bahwa seseorang itu tidak akan memikul dosa orang lain.



Dirangkum dari Harian Republika ahad, 15 Mei 2011 hlm B6-B7

CIRI CIRI HADITS PALSU

Secara bahasa, hadits berarti baru, tak lama, ucapan, pembicaraan atau cerita. Menurut para pakar hadits, hadits berarti segala ucapan, perbuatan, dan keadaan Nabi Muhammad saw atau perkataan segala berita yang bersumber dari Nabi saw berupa ucapan, perbuatan, taqrir (peneguhan kebenaran dengan alasan), serta deskripsi sifat-sifat Nabi saw.
Para ahli ushul fiqih mendefinisikan hadits sebagai segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi saw yang bersangkut paut dengan hukum. Lalu, apakah semua hadits yang ada di tengah-tengah umat Islam saat ini benar-benar berasal dari Rasulullah saw? Ooouw…… Ternyata, sebagian hadits yang biasa digunakan sebagai dasar pijakan dan dalil termasuk hadits lemah dan palsu!
Ada baiknya kita meneliti (atau sekedar cross check) kembali setiap hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah. Jangan asal riwayat Bukhari, lalu dikatakan shahih. Berdasarkan penelitian Prof Dr H Muhibbin, dalam kitab  ﺼﺤﻴﺢ اﻠﺑﺨﺎﺮﻯ  ─ salah satu kitab hadits terbaik─ pun terdapat hadits-hadits lemah dan palsu.
Dari segi sanad (jalan yang menyampaikan kita kepada matan hadits atau rentetan para rawi yang menyampaikan matan hadits), hadits dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dha’if. Yang dimaksud hadits dha’if adalah hadits lemah. Selain itu ada pula hadits palsu yang dikenal dengan hadits maudhu’.
Maudu’ atau palsu, berasal dari kata  وﺿوﻋ و وﺿﻌﺎ - يضعُ - وضع  (semoga cara nulisnya gak salah) yang berarti merendahkan, menjatuhkan, mengada-ada, menyandarkan, atau menempelkan, serta menghinakan. Maka, hadits maudu’ itu memiliki makna rendah dalam kedudukannya, jatuh tidak bisa diambil dasar hukum, diada-adakan oleh perawinya, serta disandarkan pada Nabi saw, sedangkan beliau tidak mengatakannya.
Para ulama hadits mendefinisikan hadits palsu sebagai apa-apa yang tidak pernah keluar dari Nabi saw baik dalam bentuk perkataan, perbuatan, maupun taqrir, tetapi disandarkan pada Rasulullas saw secara sengaja. Menurut Ensiklopedi Islam, hadits maudu’ memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Matan (teks) hadits tidak sesuai dengan kefasihan bahasa, kebaikan, kelayakan, dan kesopanan bahasa Nabi saw.
2.    Bertentangan dengan Alquran, akal, dan kenyataan.
3.    Rawinya dikenal sebagai pendusta.
4.    Pengakuan sendiri dari pembuat hadits palsu tersebut.
5.    Ada petunjuk bahwa diantara perawinya ada yang berdusta.
6.    Rawi menyangkal dirinya pernah member riwayat kepada orang yang membuat hadits palsu tersebut.
Menurut ahli ilmu hadits Prof. KH. Ali Mustafa Yakub, sebuah hadits dikatakan palsu apabila dalam sanadnya terdapat rawi (periwayat) yang terus terang dia mengaku memalsukan hadits, maka haditsnya menjadi palsu.
Selain itu, menurut beliau, jika perawinya pun berdusta, tetapi tidak diketahui ketika menyampaikan haditsnya palsu atau tidak, namun jelas dia pembohong, maka menjadi hadits makruh atau semipalsu. Kedudukan dan kualitasnya sama, yakni harus dibuang.
Hadits palsu ada tiga macam:
1.    Perkataan itu berasal dari pemalsu yang disandarkan pada Rasulullah saw.
2.    Perkataan itu dari ahli hikmah atau orang zuhud atau israiliyyat dan pemalsu yang menjadikannya hadits.
3.    Perkataan yang tidak diinginkan rawi pemalsuannya, cuma dia keliru. Menurut para ahli hadits, jenis ketiga itu pun termasuk hadits maudu’, apabila perawi mengetahuinya tapi membiarkannya.
Menurut Manna’ Al-Qathan dalam  Mabahis fi Ulumil Hadits, Hadits Maudu’ adalah hadits yang paling buruk dan jelek diantara hadits-hadits dhaif (lemah) lainnya. Ia menjadi bagian tersendiri diantara pembagian hadits oleh para ulama yang terdiri dari shahih, hasan, dhaif, dan maudhu’. Maka, maudhu’ menjadi satu bagian tersendiri.
Menurut KH. Ali Mustafa, hadits palsu sama sekali tak boleh digunakan, berbeda dengan hadits dhaif (lemah) yang masih bisa digunakan. Namun, tak semua hadits dhaif bisa digunakan.
Hadits dhaif bisa digunakan, kalau dhaifnya yang tidak terlalu parah. Yang parah itu, misalnya, hadits palsu, hadits makruh, dan hadits munkar. Hadits munkar itu periwayatannya pelaku maksiat.
Hadits palsu itu merupakan bagian dari hadits dhaif. Hadits palsu adalah hadits dhaif yang paling parah. Untuk memahami bahwa suatu hadits itu palsu atau tidak umat islam bisa mendeteksinya dengan tiga cara:
1.    Dengan metode pemahaman tekstual dan kontekstual. Misalnya tentang fatwa Nabi apakah pakaian Nabi itu kita diharuskan mengikuti seperti itu, termasuk sorban, misalnya. Orang yang memehami secara tekstual apa yang dipakai oleh Nabi harus kita ikuti. Tapi yang kontekstual tidak, karena itu budaya arab.
2.    Dengan menggabungkan riwayat-riwayat yang lain.
3.    Melalui metode kontroversialitas hadits.




Dirangkum dari Harian Republika ahad, 15 Mei 2011 hlm B6-B7

Jumat, 04 Maret 2011

Macam-macam gangguan daya ingatan

  1. lupa
lupa ialah peristiwa tidak dapat mereproduksikan tanggapan-tanggapan kita padahal ingatan kita sehat
  1. amnesi
amnesi ialah peristiwa tidak dapan mereproduksikan tanggapan-tanggapan kita karena kita tidak sehat
  1. deja vu (vause reconnaisance)
deja vu (vause reconnaisance)/ pengenalan tipuan ialah suatu peristiwa seakan-akan pernah kenal sesuatu padahal tidak/ belum pernah kenal
  1. jamais vu
jamais vu ialah suatu peristiwa seakan-akan kita belum pernah kenal sesuatu padahal sebenarnya sudah kenal bahkan sangat kenal
  1. depersonalis
depersonalis ialah suatu peristiwa dimana seseorang tidak mengenal dirinya sendiri. Misalnya seseorang berbuat sesuatu, waktu ditegur, dia tidak mengakui bahwa itu perbuatannya, malah dikatakannya bahwa itu adalah perbuatan orang lain
  1. derealis
derealis ialah suatu peristiwa dimana seseorang merasa asing di dalam alamnya yang riil




sumber: catatan 'Ilmu Jiwa' Muallimien

Perbedaan antara Pemimpin dan Bos

Betapa  sering orang gagal untuk menjadi pemimpin karena mereka tidak berlaku sebagai pemimpin melainkan berlaku sebagai boss.
Apakah perbedaan pemimpin dengan boss?
Di bawah ini adalah perbandingan yang diberikan oleh Gordon Selfridge (pendiri salah satu department store besar di London) antara orang yang bertipe pemimpin dan orang yang bertipe boss.
Ø  Seorang boss mempekerjakan bawahannya;
Tetapi seorang pemimpin mengilhami mereka,

Ø  Seorang boss mengandalkan kekuasaanya;
Tetapi seorang pemimpin mengandalkan kemampuan baik,

Ø  Seorang boss menimbulkan ketakutan;
Tetapi seorang pemimpin memancarkan kasih,

Ø  Seorang boss mengatakan ‘aku’;
Tetapi seorang pemimpin mengatakan ‘kita’,

Ø  Seorang boss menunjukkan siapa yang bersalah;
Tetapi seorang pemimpin menunjukkan apa yang salah,

Ø  Seorang boss tahu bagaimana sesuatu dikerjakan;
Tetapi seorang pemimpin tahu bagaimana mengerjakannya,

Ø  Seorang boss menuntut rasa hormat;
Tetapi seorang pemimpin membangkitkan rasa hormat,

Ø  Seorang boss berkata, ‘pergi!’;
Tetapi seorang pemimpin berkata, ‘mari kita pergi!’

Maka jadilah seorang pemimpin, bukan seorang boss.




Referensi:
Tualaka, JF. 2010. Sepiring Motivasi untuk Sarapan Pagi. Yogyakarta; Penerbit Jogja Bangkit Publisher.

Smart Textile

“Tekstil”
Mendengar kata itu pasti kebanyakan orang langsung terasosiasi pada kain dan baju. Tak dapat dipungkiri, tak jauh dari itulah pemikiran sebagian orang bila ditanya tentang tekstil. Padahal secara definisi, tidak pernah ada makna literal “baju” dari kata tekstil. Maka ada baiknya kita meninjau sebentar pengertiannya secara utuh. Kata ‘tekstil’  berasal dari kata latin “texere” yang berarti “menenun” yang lalu mengalami pergeseran makna dalam pemakaiannya menjadi ”apapun yang ditenun”, dan selanjutnya meliputi pula rajutan (knit), kempa (felt), dan nonwoven. Dengan demikian, menjadi lebih jelas bahwa tekstil pada prinsipnya adalah sebentuk bahan (material).
Smart Textile
Deguillemont memberikan definisi smart textile sebagai bahan tekstil yang mampu memberikan respon sesuai permintaan terhadap berbagai kondisi lingkungan panas, kimia, biologi, elektromagnetik, listrik statis dan lainnya.
Sedangkan menurut Singh, smart textile adalah tekstil yang mampu merasakan dan merespon terhadap kondisi atau rangsangan lingkungan dari mekanik, kimia, listrik, dan medan magnet. Dari definisi tersebut maka struktur smart textile terdiri dari 2 komponen utama, yaitu:
o   Bahan tekstil dengan sifat khusus (high performance and high function)
o   Micro Electronic system (fiber optic, conductive fiber, sensor, actuator dan kontrol)
Dilihat dari struktur dan sifat bahan smart textile, pengembangan produk smart textile dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan proses, baik secara mekanik, kimia, elektronik, ataupun dengan menggabungkan dua atau ketiganya sekaligus (kolaborasi).
Proses ‘kolaborasi’ itu dilangsungkan ketika proses:
o   Pembuatan serat (polimerisasi)
o   Pembuatan benang (pemintalan)
o   Pembuatan kain (pertenunan)
o   Proses penyempurnaan (finishing) hingga pada saat proses penjahitan
Pada saat proses tersebut diberikan senyawa-senyawa khusus dan berbagai peralatan elektronik (serat optic, sensor, actuator,komunikasi, prosesor) sehingga bahan tekstil memiliki sifat-sifat khusus dan mampu bereaksi dengan lingkungan sesuai kondisi yang diharapkan.
Perkembangan teknologi serat tekstil saat ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan iptek secara global. Widodo, seorang alumni kimia tekstil 1991 dari STT Tekstil mengungkapkan rekayasa sifat serat dan integrasi berbagai senyawa kimia dan elektronik ke dalam bahan tekstil dipengaruhi oleh kemajuan di bidang nanoteknologi.
Apa itu Nanoteknologi?
Nanoteknologi adalah teknologi yang bekerja pada skala nano, yaitu skala atom dan molekul. Secara konsep, nanoteknologi didefinisikan sebagai teknologi yang memungkinkan kendali structural tiga dimensi secara penuh atas bahan, proses dan alat (devices) pada skala atom. Artinya, teknologi ini memungkinkan orang untuk membuat suatu produk dengan sifat apapun yang diinginkan melalui pengaturan struktur bahan pada skala atom.
Dengan perkembangan nanoteknologi memungkinkan berbagai peralatan canggih dibuat menjadi lebih kecil, lebih lembut, lebih kuat, lebih elastic dan memiliki berbagai sifat khusus baik mekanik maupun kimiawi untuk digunakan di berbagai bidang kehidupan. Oleh karena itu trend penelitian ke depan diprediksikan akan mengarah pada pemanfaatan nanoteknologi di berbagai bidang ilmu.
Ternyata belum sampai disitu kehebatan nanoteknologi ini, digunakan juga untuk merekayasa sifat serat tekstil agar memiliki kemampuan dan nilai fungsi yang tinggi. Beberapa pusat penelitian di berbagai Negara saat ini terus mengembangkan material tekstil dengan kemampuan luar biasa. Bahan-bahan yang terdiri dari lapisan konduktor, benang konduktor, serat konduktor, sensor, fungsi elektronik pada polimer tekstil dan serat/polimer diintegrasikan pada bahan tekstil melalui proses tersebut. Seperti pada Prototiping smartcloth yang dikembangkan di Georgia Institute memperlihatkan bagaimana serat optik, sensor, trancevier, dan microphone dianyam pada sebuah model baju untuk memonitor tubuh penggunanya dan memberikan data melalui jaringan nirkabel pada sebuah peralatan monitor.
Beberapa produk smart textile yang telah dikembangkan di berbagai Negara:
o   Intelligent knee-sleeve
Intelligent Polymer Research Institute dan Biomedical Science di Universitas Wollongong bekerjasama dengan CSIRO Textiles and Fibre Technology (masing-masing adalah lembaga pendidikan tinggi dan lembaga penelitian terkemuka di Australia) telah mengembangkan suatu pembungkus lutut yang biasa dikenakan para atlet dengan fungsi dan kemampuan khusus sebagai alat berlatih untuk melakukan gerakan-gerakan yang aman, efisien dan efektif. Pembungkus tersebut dilapisi dengan bahan polimer konduktif dan dilengkapi serangkaian sensor yang dapat mendeteksi perubahan bentuknya. Pembungkus akan mengeluarkan bunyi bila tekukan lutut ada pada posisi terbalik.
o   Jaket yang berhubungan dengan telepon seluler, remote control televisi yang “dijahitkan” pada lengan kursi, atau saklar lampu penerangan rumah yang ditanamkan pada kain tirai atau karpet.
Merupakan produk dari SOFTswitch, perusahaan dari Inggris, kegiatannya pada pengembangan kain dengan teknologi peka sentuhan dan interaktif. Dengan memanfaatkan nanoteknologi suatu bahan tekstil dimungkinkan untuk berfungsi sebagai antarmuka pengendali berbagai macam pengendali elektronik menggantikan tombol-tombol atau saklar yang biasa kita kenal, keypads, dan keyboards.
o   Interactive Jacket
Sebuah produk jaket yang diintegrasikan dengan peralatan komunikasi dan GPS (Global Positioning System). Dengan menggunakan jaket ini maka pemakai dapat mendengarkan music MP3, melakukan komunikasi, dan diketahui lokasi keberadaannya.
o   Pakaian kesehatan (Intelligent biomedical cloth/ Health monitoring cloth), pakaian elektronik (entertainment/ electronic cloth), pakaian militer, pakaian keselamatan (safety cloth), dan wearable computer.
Pakaian ini dapat digunakan untuk mengukur dan memonitor detak jantung, pernafasan, aliran darah, suhu badan selama 24 jam penuh selama di pakai.







Sumber dan editor awal: kitflas4h, bulletin HIMAKIT (Himpunan Mahasiswa Kimia Tekstil) STT Tekstil

Pengertian syura

Secara bahasa syura berarti  ﺷﺮﺖﺍﻠﻌﺴﻞ aku memeras/mengambil madu dari sarangnya (al-maraghi IV,1969: 111)  ini mengandung arti syura dilaksanakan untuk mengambil sesuatu supaya mendapat yang terbaik. Sedangkan menurut istilah ahli fiqh adalah musyawarah atau tukar pikiran antara orang-orang yang berkompeten dalam berbagai bidang kajian keilmuan dan kaya pengalaman sehingga dapat melahirkan suatu  kesimpulan yang baik dan benar dalam bentuk keputusan atau ketetapan sebagai suatu nizham yang harus ditaati bersama.
Ar-Raghib Al-Ashfahani mendefinisikan musyawarah sebagai berikut:
ﺍﻟﻤﺸﺎﻭﺮﺓ: ﺍﺴﺗﺧﺮﺍﺥ ﺍﻟﺮﱠﺃﻱ ﺑﻤﺮﺍﺟﻌﺔ ﺍﻟﺑﻌﺾ ﺍﻟﯽ ﺍﻟﺒﻌﺾ
Mengambil kesimpulan dengan bertukar pikiran satu sama lain (Ar-Raghib, tt: 277)
Dari pengertian itu dapat disimpulkan bahwa syura artinya memusyawarahkan perbedaan-perbedaan pendapat atas sesuatu untuk melahirkan kebaikan dan kebenaran yang ada di dalamnya.




Referensi:
Amien, Shiddiq; dkk. 2007. Panduan Hidup Berjama’ah dalam Jam;iyyah Persis. Bandung. PP Persis